Cil Uk Ba |
Aku rindu dia yang dulu, yang berbicara, yang bersikap apa adanya. Hingga aku nyaman, berada di dekatnya. Bersama kita arungi dunia. Tawa canda iringi langkah pasti.
Kini kau terlalu
sulit ku raih. Kita tak lagi sama, ku rasa. Hingga ku rela menjadi dia dia dan
dia saat bersamamu. Aku tersenyum, dalam hati menjerit. Siapakah yang berubah?
Aku ataukah dirimu? Ataukah setiap manusia kan mengalami? Fase, tahap, apalah
itu.
Kedewasaan. Aku
takut. Saat kau mulai tumbuh. Sungguh, aku takut ini akan menjadi mimpi buruk.
Saat kau jauh dariku. Aku yang tak ada artinya tanpamu. Semakin terpuruk dalam
kegelapan. Semakin menikmati tanpa sadar kau benar-benar telah jauh. Bukan. Ku
rasa, aku yang menjauh. Karena aku takut tak mampu mengimbangimu, membimbingmu,
menari-nari dalam impian masa depan.
Tapi, kau tetap
yang terbaik. Masih ku rasakan hangatnya dekapan itu, meski terasa dingin lebih
awal. Karena ku tahu, cepat atau lamabat ini semua kan terjadi. Aku tak bisa terus
bergantung padamu. Suatu saat nanti, kita kan menapaki jalan hidup, jalan yang
telah digariskan. Aku percaya itu.
Sebuah
coretan klasik penuh makna,
Dari
dia yang selalu peduli,
Tapi
terlalu angkuh mengakui.
Padang
15
Februari 2014
moedchuterz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar