احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلاَ تَعْجِزْ

“Bersemangatlah engkau untuk meraih apa-apa yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah SWT, serta janganlah engkau berputus asa.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah z)

Kamis, 21 November 2013

Berpikirlah untuk Tidak Memikirkannya

assalamu'alaikum wr. wb


Ini Bukan Saya
Just ask me why I chose those words? Yeah, ‘coz I’m in a wrong way before writing this one. A very big worst mind ever. I won’t and never gonna back to that moment, an awkward time in my life. NEVER! >,<
Seminggu yang lalu, saya mengalamai masa-masa tersulit dalam hidup saya. Tidak hanya sekali, tapi sudah sering dan datang di saat yang tidak pas. Hal ini membuat saya merasa takut, cemas. Hiks, kalo udah ngerasa gini saya selalu berpikir untuk kabur dari sini dan bersembunyi di tempat paling nyaman di dunia ini, rumah :’)
Depresi (ketebalan 100000 pt, ukuran 1.000.000 pt)
Saya mengalami hal di atas -.- Menggelikan memang. Tapi jujur, saya sering merasakannya. Berawal dari stres dan keputusasaan. Akhirnya saya mulai mundur dan berpikir untuk apa saya hidup. Tidak ada tujuan yang jelas. Tidak ada yang patut dibanggakan. Aura negatif mulai menggerayangi (?) pikiran saya.
-          Saya semakin mengeluh dan menyesali segala yang telah terjadi;
-          mengungkit-ungkit kesalahan di masa lalu;
-          mulai cemas memikirkan masa depan;
-          mulai takut mencoba sesuatu yang baru dan;
-      dampak yang paling parah yaitu menjadi tidak percaya diri untuk menatap lurus kedepan (padahal ada cowok ganteng di depan *krik krik).
Saya merasa kesulitan dalam berkomunikasi dan menyinkrronisasikan (?) sebuah percakapan. Dan itu sangat menyebalkan! Rasanya ingin bersembunyi saja dibalik selimut *oke , ini lebay.
Stress Lv 1: “Oke. Hari ini saya akan berkurung diri dan tidak melakukan apa pun. Saya ingin menikmati ke’setresan’ ini”, pikiran saya waktu itu. Alhasil, saya benar-benar tidak banyak terlibat dalam sebuah pembicaraan. Tidak berniat untuk berpikir tentang apa pun. Tidak berniat untuk berinteraksi dengan siapa pun. Saya meluapkan segalanya pada socmed. *NB: tidak untuk ditiru*. Hari-hari saya begitu kelam.
Stress Lv 2: “Oke. Tidak ada yang mau berteman dengan saya. Mereka hanya datang saat membutuhkan saya. Baik, saya akan tetap menunggu”, pisuk (pikiran busuk, red) ini membuat saya terlihat semakin menyedihkan. Saya benar-benar tidak nyaman dengan semuanya. Di kampus, di kost, saya merasa tersisihkan. Pada kenyataannya saya lah yang menyisihkan diri. Sayangnya, saya tidak sempat berpikiran seperti itu. Hari-hari saya semakin kelam, cendrung berawan gelap.
Stress Lv 3: “Oke. Tidak ada yang dapat saya banggakan. Saya hanya orang biasa yang menyedihkan. Tidak ada yang bisa memahami saya dengan segala kekurangan yang saya miliki. Tidak ada yang benar-benar tulus menerima saya. Tidak ada dst…”, pisuk telah berkembang menjadi pisasuk (pikiran sangat busuk, red). Saya sukses mengalami stress stadium akhir. Kepala seperti mau pecah. Sudah sedikit retak. Hari-hari saya berpetir, bergemuruh, berkabut, berapi, berlimbah. HANCUR!!!!!!!! Hari-hari saya asdfghjkl*#$@!$*&^%#@
Depresi Lv 1000000: “Oke. Saya ingin pulang.”, pisuk yang melambangkan ketidakberdayaan saya untuk menghadapi kemelut bathin ini. Sangat menguras energi. Saya jadi tidak nafsu makan. Ditambah lagi begadang berkepanjangan. Saya merasa sangat buruk (emang udah buruk -.-), terpuruk. GALAU. Untuk apa saya hidup? 0.0
Pasca Depresi Lv 1000000: “Oke. Saya tidak bisa begini terus.”, piman (pikiran manis, red) akhirnya berhasil menyelundup meskipun hanya setitik. Hari-hari saya mulai mereda.
Saya mulai mencoba menghampiri dan menyearching (?) di Mbah Google. Saya ketik keyword, “Bagaimana cara mengatasi depresi”. JENG JENG JENG. Keluarlah segala jenis tips dan trik yang saya inginkan. Penuh n*fsu, saya mengklik semua link yang tertera dan membukanya pada banyak tab. Saya mulai membacanya. Air mata saya perlahan menitik (bohong, red). Ya, saya positif mengalami depresi.
Benar. Saya harus membuang pikiran-pikiran negatif itu sejauh mungkin. Perjalanan hidup saya masih panjang (amiiin). Saya tidak bisa hanya berdiam diri menunggu keajaiban. Oh, impossibruu! Saya menarik nafas dan bertekad. SAYA BISA! SAYA PASTI BISA!!!!!
Langkah pertama: Mempersiapkan diri menjadi Uni mentor yang baik. Bertepatan saat kondisi saya yang down, adik-adik mentor saya menagih jadwal mentoring, yaitu pada Sabtu malam. Saya mempersiapkan bahan yang akan saya sampaikan, sembari mencari tips dan trik di atas. Saya buat catatan-catatan kecil (bukan jimat) tentang materi hari itu. Tapi, setelah tiba di lapangan, saya  pun kembali blank. Saya berbicara, tapi saya sendiri ga mengerti dengan apa yang saya ucapkan. Oh, saya rasa mereka juga tak mengerti =.= Luckily, mereka aktif dan suasana tidak berjalan mono. Ya ampun, maafkan Uni >,< Langkah pertama failed!
Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar